Dhammavihari Buddhist Studies-logo

Dhammavihari Buddhist Studies

Religion & Spirituality Podcas

“a One Stop Dhamma House” yang menyediakan program-program pendidikan Buddhis yang terstruktur untuk berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.

Location:

United States

Description:

“a One Stop Dhamma House” yang menyediakan program-program pendidikan Buddhis yang terstruktur untuk berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.

Language:

English


Episodes
Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 377 - 381

9/13/2025
Vakkali adalah seorang brahmana yang tinggal di Savatthi. Suatu hari, ketika melihat Buddha sedang ber-pindapatta di kota, dia sangat terkesan dengan pencapaian sarira Buddha Dia pun memohon izin untuk diterima di dalam Sangha hanya agar bisa berada di dekat Buddha. Sebagai Bhikkhu, Vakkali selalu berada di dekat Buddha; dia tidak peduli dengan tugas ke-Bhikkhu-an yang lainnya dan sama sekali tidak melatih meditasi konsentrasi.Oleh karena itu, Buddha berkata kepadanya, “Vakkali, tidak ada gunanya bagimu dengan berada di dekat-Ku dan memperhatikan wajah-Ku. Oleh karena sebenarnya, hanya dia yang melihat Dhamma-lah yang melihat-Ku. Dia yang tidak melihat Dhamma, tidak melihat-Ku.” Ketika mendengar kata-kata tersebut, Vakkali merasa sangat tertekan. Dia pergi seperti perintah Buddha, dan memanjat bukit Gijjhakuta dengan niat untuk bunuh diri dengan cara melompat dari puncak bukit. Apa yang selanjutnya terjadi? Bagaimana cara Buddha menanggapi kejadian tersebut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 377-381 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:19:14

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Kekayaan Spiritual

9/11/2025
Sukhī hontu kalyāṇamittā,Tayangan video ini merupakan ovādakathā (ceramah singkat yang berisikan nasihat) oleh Sayadaw Kheminda dari siaran Live Instagram dan TikTok DBS yang diadakan setiap Sabtu, pukul 06.45 WIB. Pada kesempatan ini, Sayadaw Kheminda menyampaikan wejangan mengenai "Kekayaan Spiritual".

Duration:00:33:45

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 368 - 376

9/9/2025
Pada suatu waktu, hidup seorang wanita yang sangat kaya di kota Kuraraghara, sekitar 120 yojana jaraknya dari Savatthi. Dia mempunyai seorang anak bernama Sona yang telah menjadi Bhikkhu. Pada suatu hari, atas permintaan ibunya, Bhikkhu Sona membabarkan Dhamma kepada ibunya dan orang-orang di kota kelahirannya di sebuah paviliun. Ibunya mengajak seluruh orang di rumahnya dan hanya meninggalkan seorang pembantu.Saat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, sekawanan perampok masuk ke rumahnya. Pemimpin perampok sengaja pergi ke paviliun tempat wanita tersebut berada dan mengawasinya, dengan tujuan untuk membunuhnya apabila dia pulang ke rumah lebih awal. Pembantunya yang melihat para perampok memasuki rumah, pergi melapor kepada majikannya, tetapi dia hanya berkata, “Biarkan para perampok mengambil semua uangku, aku tidak peduli; tapi jangan datang dan menggangguku saat aku mendengarkan Dhamma. Pulanglah.” Si pembantu pulang, namun ketika melihat para perampok mengambil barang dan emas dan perak, dia kembali melaporkan kepada majikannya, tapi selalu mendapatkan jawaban yang sama. Pimpinan perampok yang melihat semua itu menjadi tergugah dan menyuruh anak buahnya mengembalikan semua barang yang dicuri, kemudian datang mendengarkan Dhamma, dan bahkan akhirnya mereka semua menjadi Bhikkhu. Buddha, dari jarak 120 yojana, mengetahui kejadian ini. Apa nasihat Buddha kepada mereka? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Bhikkhu untuk mencapai Nibbāna?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 368-376 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:18:42

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 363-367

9/7/2025
Suatu ketika, seorang Bhikkhu murid Buddha, yang menjadi sangat akrab dengan seorang pengikut Devadatta, berkunjung ke vihara tempat Devadatta berdiam dan tinggal di sana selama beberapa hari. Para Bhikkhu yang lain melaporkan hal tersebut kepada Buddha, bahwa terdapat seorang Bhikkhu murid Buddha yang bukan hanya berkumpul dengan pengikut Devadatta, tapi bahkan telah mengunjungi vihara Devadatta, tinggal di sana beberapa hari, serta makan, tidur, dan menikmati makanan dan kenyamanan vihara milik Devadatta. Buddha kemudian mengundang Bhikkhu tersebut dan menanyakan kebenaran dari berita yang telah didengar oleh Buddha. Bhikkhu tersebut mengakuinya, namun beliau berkata bahwa beliau tidak mengikuti ajaran Devadatta. Apa yang kemudian dikatakan oleh Buddha kepada Bhikkhu tersebut? Bagaimana seharusnya seorang Bhikkhu bersikap?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 363-367 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:35:01

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 360-363

9/5/2025
Suatu waktu, terdapat lima orang Bhikkhu yang tinggal di Savatthi. Masing-masing dari mereka mempraktekkan pengekangan diri terhadap salah satu dari lima indrianya, dan mereka masing-masing menganggap bahwa yang mereka praktekkan adalah yang tersulit. Terjadilah perdebatan, dan oleh karena tidak ada kesamaan pendapat, maka mereka menemui Buddha untuk menanyakan mengenai hal tersebut. Apa jawaban Buddha kepada mereka? Indria manakah yang sesungguhnya paling sulit dikendalikan? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 360-363 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:30:45

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 355-359

9/3/2025
Pada suatu waktu, raja Pasenadi dari Kosala datang untuk memberi penghormatan kepada Buddha. Ia menjelaskan kepada Buddha alasan keterlambatannya adalah karena beliau harus mengambil alih semua kekayaan seorang miliuner yang meninggal dunia di Savatthi dikarenakan orang tersebut tidak meninggalkan ahli waris. Raja kemudian menceritakan mengenai riwayat hidup orang tersebut, yang meskipun kaya namun sangat kikir. Semasa hidupnya, ia tidak pernah menyumbangkan apapun dan bahkan enggan untuk menggunakan uangnya bagi dirinya sendiri, sehingga ia makan dengan sangat hemat dan hanya memakai pakaian yang murah dan kasar saja. Buddha kemudian menceritakan mengenai kehidupan lampau orang tersebut kepada raja dan hadirin bahwa di kehidupan lampau, pria itu juga adalah seseorang yang kaya. Apa yang terjadi di kehidupan lampau orang tersebut dan kamma apa yang telah diperbuatnya sehingga ia terlahir sebagai manusia yang kaya tapi kikir? Apa akibat menjadi orang seperti itu menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 355-361 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:30:42

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 351-354

9/1/2025
Pada suatu waktu, sejumlah besar Bhikkhu tiba di vihara Jetavana. Untuk memberikan tempat bagi para Bhikkhu, Samanera Rahula harus pergi dan tidur di dekat pintu, tepat di luar kamar Buddha. Setan (Mara), yang ingin mengganggu Buddha melalui putra-Nya, mengambil bentuk seekor gajah dan melingkari kepala Samanera dengan belalainya, serta mengeluarkan suara yang menggelisahkan dengan harapan untuk menakut-nakutinya. Namun, Rahula tidak bergerak. Buddha yang mengetahui kejadian tersebut dari kamar-Nya kemudian mengatakan sesuatu kepada Mara. Apa yang dikatakan Buddha terkait perbuatan Mara tersebut? Mengapa Rahula bisa tidak jatuh dalam tipu muslihat Mara? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 351-354 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:36:06

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 348-350

8/30/2025
Pada suatu waktu di Rajagaha, hidup putra seorang hartawan yang masih muda bernama Uggasena. Suatu hari ada rombongan pemain drama keliling datang ke Rajagaha, dan ketika Uggasena menyaksikan seorang putri pemain akrobat yang masih muda menari dan bernyanyi di atas sebuah galah bambu yang panjang, Uggasena pun jatuh cinta dan akhirnya menikahi putri tersebut, serta ikut dalam rombongan pemain drama keliling bersama istrinya. Namun karena Uggasena tidak bisa menari atau bermain akrobat, maka ia hanya bisa membantu mengangkut kotak-kotak, mengemudikan kereta, dan hal-hal sepele lainnya. Ketika istri Uggasena melahirkan seorang anak laki-laki, istrinya sering menyanyikan lagu yang liriknya mengolok-olok suaminya sebagai orang yang tidak berguna. Uggasena yang merasa terluka dan tertekan pun meminta ayah mertuanya untuk mengajarinya bermain akrobat, dan setelah setahun berlatih, ia menjadi pemain akrobat yang handal.Suatu hari, Uggasena kembali ke Rajagaha dan mempertunjukkan keterampilannya berakrobat. Namun di saat yang sama, Buddha memasuki Rajagaha dan membuat semua orang mengalihkan perhatian kepadanya, bukan kepada pertunjukan Uggasena. Apa alasan Buddha berbuat demikian? Kemudian bagaimana nasib Uggasena selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 348-350 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:33:23

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 344-347

8/28/2025
Pada suatu waktu hidup seorang Bhikkhu yang merupakan murid dari Y.A. Mahakassapa, yang telah mencapai empat Jhāna. Namun pada suatu hari, saat pergi untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, beliau melihat seorang wanita dan berkeinginan untuk memilikinya. Akibatnya, beliau melepaskan jubah, namun sebagai seorang perumah tangga, beliau mengalami kegagalan karena tidak bekerja keras. Oleh karena itu beliau diusir dari rumah oleh pamannya, kemudian beliau bergabung dengan beberapa pencuri. Ketika melakukan aksinya, mereka tertangkap oleh pihak berwajib dan dibawa ke pemakaman untuk dieksekusi. Y.A. Mahakassapa melihat muridnya tersebut, kemudian menginstruksikan muridnya untuk berkonsentrasi pada satu objek meditasi, yang menyebabkan beliau lalu masuk ke dalam Jhāna dalam dan menjadi sangat tenang, serta tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kecemasan saat akan dieksekusi. Para pengawal sangat terkesan dan melaporkannya kepada raja dan juga Buddha. Apa pendapat Buddha mengenai kejadian tersebut? Bagaimana kehidupan Bhikkhu tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 344-347 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:39:13

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 338-343

8/26/2025
Suatu ketika, saat Buddha sedang melakukan Pindapatta di Rajagaha, Beliau tersenyum saat melihat seekor babi betina muda yang kotor. Ketika ditanya oleh Yang Mulia Ananda, Buddha menjawab, “Ananda, babi betina muda ini dulunya adalah seekor ayam betina pada masa Buddha Kakusandha. Karena ia tinggal di dekat ruang makan sebuah vihara, ia terbiasa mendengar pengulangan teks suci dan diskursus Dhamma. Ketika meninggal, ia terlahir kembali menjadi seorang putri.”Buddha melanjutkan, “Pada suatu saat, ketika sang putri sedang menuju ke jamban, ia melihat belatung dan menjadi sadar akan sifat menjijikkan dari tubuh, dan lain-lain. Ketika sang putri meninggal, ia terlahir kembali di alam Brahma sebagai brahma putthujjana, tapi kemudian diakibatkan oleh beberapa kamma buruknya, ia terlahir kembali sebagai seekor babi betina.” Mengapa bisa terjadi hal demikian? Bagaimana cara melepaskan diri dari lingkaran kehidupan yang bisa menjadi tiada akhir ini menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 334-343 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:41:52

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 334-337

8/24/2025
Suatu waktu, terdapat seekor ikan yang hidup di sungai Aciravati. Ikan tersebut memiliki tubuh yang sangat indah berwarna keemasan, namun mulutnya mengeluarkan bau yang sangat busuk dan menusuk hidung. Suatu hari, ikan tersebut ditangkap oleh beberapa nelayan, dan karena keindahannya, mereka membawanya untuk diserahkan kepada raja. Raja kemudian membawa ikan tersebut ke Buddha. Ketika ikan tersebut membuka mulutnya, bau busuk dan menusuk hidung menyebar ke sekitarnya. Raja pun bertanya kepada Buddha mengapa ikan seindah itu harus memiliki bau yang sedemikian busuk dan menusuk hidungnya. Apa penjelasan Buddha mengenai sebab musabab fenomena tersebut? Bagaimana nasib ikan tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 334-337 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:40:39

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 327-333

8/22/2025
Suatu saat, ketika Buddha sedang berdiam di dekat Himalaya, Beliau melihat banyak orang yang diperlakukan sewenang-wenang oleh para raja yang keji. Kemudian muncul pikiran dalam batin Buddha, apakah mungkin untuk mencegah para raja tersebut menyiksa mereka yang tidak seharusnya disiksa, dan membuat para raja memimpin dengan adil dan bijaksana? Mara (setan) mengetahui pemikiran Buddha tersebut dan berencana membujuk Buddha untuk memerintah sebagai seorang raja. Apa jawaban Buddha terhadap bujukan Mara tersebut? Sesungguhnya hal-hal apa yang dapat memberikan kebahagiaan menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 327-333 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:42:07

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 324-326

8/20/2025
Raja Pasenadi merasa tidak nyaman setelah makan dalam porsi yang besar. Ketika bertemu dengan Buddha, beliau menceritakan tentang rasa tidak nyaman ini. Buddha kemudian memberikan nasihat kepada raja dan kejadian ini membuat raja menjadi sadar dan mulai berubah. Apa nasihat jitu dari Buddha kepada raja?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 324-326 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:36:02

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 315-324

8/18/2025
Saat berada di Wihara Jetavana, para rahib laki-laki melihat para pertapa telanjang Nigaṇṭha yang sedang berjalan untuk menerima derma makanan. Para pertapa telanjang ini memakai kain untuk menutupi bagian depan tubuh mereka yang juga menutupi mangkuk makanan mereka. Para rahib laki-laki lalu memuji para Nigaṇṭha ini karena masih menutupi bagian tubuh mereka dan tidak benar-benar telanjang, namun para Nigaṇṭha mengatakan mereka menggunakan kain bukanlah untuk menutupi bagian depan tubuh mereka melainkan untuk menutupi mangkuk makanan. Mengapa mereka melakukan hal itu? Bagaimana pendapat Buddha tentang kelakuan para Nigaṇṭha ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 316-319 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) dan stanza 320-324 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).

Duration:01:44:19

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 311-315

8/16/2025
Saat berada di Wihara Jetavana, para rahib laki-laki melihat para pertapa telanjang Nigaṇṭha yang sedang berjalan untuk menerima derma makanan. Para pertapa telanjang ini memakai kain untuk menutupi bagian depan tubuh mereka yang juga menutupi mangkuk makanan mereka. Para rahib laki-laki lalu memuji para Nigaṇṭha ini karena masih menutupi bagian tubuh mereka dan tidak benar-benar telanjang, namun para Nigaṇṭha mengatakan mereka menggunakan kain bukanlah untuk menutupi bagian depan tubuh mereka melainkan untuk menutupi mangkuk makanan. Mengapa mereka melakukan hal itu? Bagaimana pendapat Buddha tentang kelakuan para Nigaṇṭha ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 311-319 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) dan stanza 320-322 dari Kelompok Stanza tentang Naga (Nagavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).

Duration:01:39:51

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 305-310

8/14/2025
Saat berada di Wihara Jetavana, Buddha dan para murid-Nya sempat difitnah oleh sekelompok pertapa bahwa mereka telah membunuh seorang pengembara fakir perempuan yang bernama Sundarī. Bagaimana kejadian sebenarnya? Mengapa Buddha dan para murid-Nya bisa mengalami buah kamma buruk seperti ini?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 305 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) dan 306-314 dari Kelompok Stanza tentang Neraka (Nirayavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).

Duration:01:34:17

Ask host to enable sharing for playback control

Asin Kheminda - Dhammapada 303-304

8/12/2025
Saat saudagar kaya Anāthapiṇḍika mengundang Buddha dan para murid-Nya untuk menerima dana makanan untuk esok hari di kediamannya, Buddha menolak dengan mengatakan bahwa Beliau telah menerima undangan dari putri Anāthapiṇḍika yang bernama Cūḷasubhadda. Mendengar hal itu Anāthapiṇḍika kaget karena kediaman putrinya berjarak sangat jauh dari tempat Buddha saat itu. Bagaimana cara Cūḷasubhadda mengundang Buddha? Bagaimana Buddha dan para murid-Nya pergi ke kediaman Cūḷasubhadda?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 303-305 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā). Kelas ini merupakan kelas terakhir untuk penjelasan tentang Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga).

Duration:01:40:46

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 296-302

8/10/2025
Seorang umat perumah tangga yang bernama Citta beserta tiga ribu pengikutnya menempuh perjalanan yang jauh untuk bisa berdana kepada Buddha dan para murid-Nya. Citta berdana selama 1 bulan dan juga memberi makan kepada 3000 pengikutnya. Kendati demikian, bahan makanan di kereta-kereta miliknya tidak pernah berkurang dan selalu terisi penuh. Mengapa bisa demikian? Apakah ini karena Citta berdana kepada Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 296-303 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka (Pakiṇṇakavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:36:52

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 69

8/8/2025
Sebagai kelas penutup di tahun ajaran 2022/2023 ini, Ashin Kheminda menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan Abhidhamma dalam menunjang pemahaman kita terhadap ajaran Buddha, termasuk memahami isi Suttanta. Dalam kesempatan ini beliau menjelaskan salah satu stanza di Dhammapada yaitu stanza ke-69 yang ada di Kumpulan Stanza tentang Orang-Orang yang Bebal (Bālavagga) dari sudut pandang kamma dan buahnya menurut Abhidhamma.

Duration:00:33:15

Ask host to enable sharing for playback control

Ashin Kheminda - Dhammapada 286-289 dan 291-295

8/6/2025
Seorang pedagang kaya raya yang bernama Mahādhāna bersama dengan rombongannya tidak dapat melewati sungai yang sedang meluap dan terjebak di pinggir sungai selama tujuh hari. Kemudian si pedagang memutuskan untuk menghabiskan barang-barang bawaannya dengan tinggal di pinggir sungai selama musim hujan, dingin dan panas. Saat Buddha mengetahui pemikiran dari pedagang tersebut, Buddha lalu tersenyum. Seperti yang kita ketahui, Buddha tidak akan tersenyum untuk alasan duniawi. Lalu apa hal yang membuat-Nya tersenyum?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 286-289 dari Kelompok Stanza tentang Jalan (Maggavagga) dan Stanza 291-295 dari Kelompok Stanza tentang Serbaneka hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).

Duration:01:38:37